GIGANTISME...

on Selasa, 03 Maret 2009

ASSIGNMENT 4
GIGANTISME



Anggota Kelompok :
Marlina Waty G1A 107013
Fenny Aliska LW G1A 107014
Ika Aninda Dzulisa G1A 107015
Indra Yance G1A 107016


Dosen Pembimbing :
dr. Aywar Zamri, Sp. PD



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS JAMBI
2008/2009
GROWTH HORMONE
(Hormon Pertumbuhan)

Growth Hormone (GH) disebut sebagai Hormone Somatotropik atau Somatotropin, merupakan molekul protein kecil yang terdiri atas 191 asam amino yang dihubungkan dengan rantai tunggal dan mempunyai berat molekul 22.005. Growth Hormone (GH) menambah ukuran sel dan meningkatkan proses mitosis yang diikuti dengan bertambahnya jumlah sel dan diferensiasi khusus dari beberapa tipe sel.
Hormon pertumbuhan berperan pada seluruh fase pertumbuhan baik pranatal maupun pasca natal. Pada periode pasca natal hormon pertumbuhan berkerja melalui sistem GH - IGF-I – IGFBP-3. Hormon pertumbuhan ini akan meningkatkan produksi IGF-I dan IGFBP-3 yang terutama dihasilkan oleh hepar dan kemudian akan menstimulasi produksi IGF-I lokal dari khondrosit. Hormon pertumbuhan ini dikeluarkan secara episodik, hormon ini hampir selalu terdapat dengan kadar yang sangat rendah. Setiap hari umumnya terdapat 8 sampai 9 kali peningkatan kadar hormon pertumbuhan selama 10 – 20 menit. Hormon pertumbuhan ini meningkat pada waktu excersise juga pada waktu tidur.
Selain dari efek umum hormone pertumbuhan dalam menyebabkan pertumbuhan, hormone pertumbuhan juga punya banyak efek metabolic khusus, antara lain :
 Peningkatan kecepatan sintesis protein di seluruh sel-sel tubuh
Efek yang dapat menyebabkan naiknya jumlah protein
♪ Bertambahnya pengangkutan asam amino melewat membrane sel
♪ Peningkatan translasi RNA menyebabkan sintesis protein oleh ribosom
♪ Peningkatan transkripsi inti DNA untuk membentuk RNA
♪ Penurunan katabolisme protein dan asam amino

 Meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan adipose, meningkatkan asam lemak bebas dalam darah dan meningkatkan penggunaan asam lemak untuk energy


 Menurunkan kecepatan pemakaian glukosa di seluruh tubuh
Pengaruh utama hormon pertumbuhan terhadap metabolism glukosa untuk mendapat energi:
1. Penurunan pemakaian glukosa untuk energy
2. Peningkatan endapan glikogen didalam sel
3. Berkurangnya ambilan glukosa oleh sel dan meningkatnya konsentrasi glukosa darah.

Efek hormon pertumbuhan yang paling jelas adalah meningkatan pertumbuhan struktur rangka. Keadaan ini dihasilkan dari berbagai efek hormon pertumbuhan pada tulang yang meliputi:
1. Peningkatan timbunan protein oleh sel kondrositik dan sel osteogenik yang menyebabkan pertumbuhan tulang
2. Juga meningkatkan kecepatan reproduksi dari sel-sel ini
3. Efek khusus dalam mengubah kondrositmenjadi sel osteogenik,jadi menyebabkan timbunan khusus tulang yang baru.
GIGANTISME

I. DEFINISI
Gigantisme adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi Growth Hormone (GH) yang berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis.

II. Epidemiologi
Gigantisme sangat jarang dijumpai. Di Eropa, setiap tahunnya hanya dilaporkan 3-4 kasus/1 juta penduduk. Kejadiannya pada wanta dan laki-laki sama. Laporan adanya kasus ini di Indonesia juga sangat jarang. Dalam KONAS PERKENI II, tahun 1989 di Surabaya, Wijasa dkk, melaporkan adanya kasus yang dirawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

III. Etiologi
Penyebab gigantisme dapat digolongkan, sbb:
1. Gigantisme Primer atau Hipofisi, di mana penyebabnya adalah adenoma hipofisis
2. Gigantisme Sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH dari Hipothalamus
3. Gigantisme yang disebabkan oleh tumor ektopik (paru, pankreas, dll) yang mensekresi GH atau GHRH

Melihat besarnya tumor, adenoma hipofisis dapat dibedakan dalam 2 bentuk, yakni; mikroadenoma dengan diameter lebih kecil dari 10 mm dan makroadenoma kalau diameternya lebih dari 10 mm.
Adenoma hipofisis merupakan penyebab yang paling sering. Tumor pada umumnya dijumpai di sayap lateral sella tursica. Kadang – kadang tumor ektopik dapat pula dijumpai di garis rathke’s pouch yaitu di sinus sfenoidalis, dan di daerah parafarings.
Kadar GH mempunyai korelasi dengan besarnya tumor pada saat diagnosis ditegakkan. Kebanyakan (75%) kasus adenoma somatotrofik berupa makroadenoma, di antaranya 70% dengan ukuran kurang dari 20 mm.
IV. Patofisiologi dan Patogenesis
Sel asidofilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa remaja, yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi badan akan terus meningkat (seperti raksasa).

Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi karena produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone pertumbuhan tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang beredar di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi terlalu aktif akibat hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira 10 persen pasien Gigantisme menderita Diabetes Melitus.

Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita panhipopitutarisme bila Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.


V. Manifestasi Klinis
☺ Pertumbuhan linier yang cepat,
☺ tanda – tanda wajah kasar,
☺ pembesaran kaki dan tangan,
☺ Pada anak muda, pertumbuhan cepat kepala dapat mendahului pertumbuhan linier,
☺ Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku,
☺ Pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa pubertas,
☺ Jangkung dapat tumbuh sampai ketinggian 8 kaki atau lebih.

VI. Penatalaksanaan
• Pemeriksaaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain :
☺ Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan glukosa darah
Gigantisme (+) : glukosa darah meningkat

 Pemeriksaan Growth Hormone darah atau SM-C (IGF 1)
Gigantisme (+) : peningkatan GH darah atau SM-C (IGF 1)

 Pemeriksaan Somatostatin
Gigantisme (+) : somatostatin meningkat

☺ Pemeriksaan radiologi
 CT-Scan
 MRI (Magnetic Resonance Imaging)

• Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah :
a) Menormalkan kembali kadar GH atau IGF-1
b) Memperkecilkan tumor atau menstabilkan besarnya tumor
c) Menormalkan fungsi hiposis
Dikenal 3 macam terapi, yaitu:
A. Terapi pembedahan
Tindakan pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal dua macam pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu : bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau trans kranial) dan bedah mikro (TESH atau trans ethmoid sphenoid hypophysectomy). Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah infra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata, untuk mencapai tumor hipofisis. Hasil yang didapat cukup memuaskan dengan keberhasilan mencapai kadar HP yang diinginkan tercapai pada 70 – 90% kasus. Keberhasilan tersebut juga sangat ditentukan oleh besarnya tumor.

Efek samping operasi dapat terjadi pada 6 – 20% kasus, namun pada umumnya dapat diatasi. Komplikasi pasca operasi dapat berupa kebocoran cairan serebro spinal (CSF leak), fistula oro nasal, epistaksis, sinusitis dan infeksi pada luka operasi.

Keberhasilan terapi ditandai dengan menurunnya kadar GH di bawah 5 µg/l. Dengan kriteria ini keberhasilan terapi dicapai pada 50 – 60% kasus, yang terdiri dari 80% kasus mikroadenoma, dan 20 % makroadenoma.

B. Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih terdapat gejala akut setelah terapi pembedahan dilaksanakan.

Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan kadar GH , tetapi dapat pula mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar GH umumnya mempunyai korelasi dengan lamanya radiasi dilaksanakan. Eastment dkk menyebutkan bahwa, terjadi penurunan GH 50% dari kadar sebelum disinar (base line level), setelah penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun, dan 75% setelah 5 tahun penyinaran.

Peneliti lainnya menyebutkan bahwa, kadar HP mampu diturunkan dibawah 5 µg/l setelah pengobatan berjalan 5 tahun, pada 50% kasus. Kalau pengobatan dilanjutkan s/d 10 tahun maka, 70% kasus mampu mencapai kadar tersebut.

VII. Prognosis
Bergantung pada :
• Lamanya proses berlangsung
• Besarnya tumor
• Tingginya kadar GH pre-operatif










\
REFERENSI
♪ Guyton, A.C & Hall, J.E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Philadelphia: Elsevier-Saunders: 968-970, 973. EGC
♪ Price, S. A & Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Philadelphia : Elsevier-Saunders : 1217-1219. EGC
♪ Persatuan Ahli Penyakit Dalam. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI: 799-807.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

berat bacoan tu kayaknyo
he....

Muhammad Afif Basybasya mengatakan...

tinggi ku 183cm umurku 16th ukuran sepatuku 46 .apa aku mengidap penyakit tsb?